Rabu, 10 Februari 2010

Citra Kepaskibraan: Bagian 3

Citra Ke-Indonesia-an

Setelah kemarin Saya menjelaskan bentuk-bentuk citra kepaskibraan, selanjutnya Saya akan membahas satu persatu citra-citra tersebut, dan sekarang marilah kita lihat bagaimana seharusnya orang Indonesia memiliki citra Ke-Indonesia-an...


Sebagai orang Indonesia, sudah sepantasnya kita mengetahui benar bagaimana menjadi warga negara yang baik yang cinta kepada negaranya, yang mendukung penuh keutuhan dan kesatuan negara kita, dan menampik semua bentuk perpecahan yang justru akan menghancurkan kita semua. Lalu apa yang perlu dilakukan untuk menampilkan citra ki-Indonesiaan ini bagi seorang Paskibra?


A. Membangun Semangat Ke-Indonesiaan


Indonesia sebagai negara timur dikenal sebagai negara yang kaya raya akan alamnya, dengan penduduknya yang ramah tamah, berbudi bahasa, sopan santun, dan saling tolong-menolong antar sesama. Semangat persaudaraan benar-benar menjadi hal yang dijunjung tinggi dengan mengesampingkan ego masing-masing, jiwa-jiwa kesatriaan yang diturunkan oleh raja-raja—khususnya di kepulauan Jawa—selalu dihormati demi tegaknya harga diri yang bermartabat, kelemah-lembutan putri-putri Indonesia yang terjaga dengan baik, kerukunan warga yang begitu harmonis tiada duanya, termasuk dalam beragama, dan budaya bergotong-royong yang selalu menjadi primadona, benar-benar telah menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan bermartabat.


Akan tetapi, kini itu semua nyaris tenggelam tak bersisa diterjang oleh arus modernisme yang kita terima mentah-mentah, sehingga kita harus membayarnya dengan harga yang sangat mahal, yaitu hilangnya jati diri. Benarkah demikian? Ya, tentu saja, kita dapat menghitung dengan jari berapa orang Indonesia yang masih menjaga budaya nenek moyang kita dan terus membudidayakannya? Jawabannya sangat sedikit sekali.


Para pelajar di sekolah tidak lagi diajarkan budaya tarian daerah, kerajinan tangan khas daerah, adat-adat dan ritual-ritual (upacara) berbagai daerah di Indonesia. Para pelajar yang mempunyai kampung, belum tentu dapat berbicara dengan bahasa daerahnya tersebut. Pelajar tidak lagi diperkenalkan dengan busana-busana khas daerah masing-masing. Padahal itu semua merupakan kekayaan budaya kita, Indonesia, yang seharusnya dipertahankan dan terus dilestarikan kepada generasi-generasi muda Indonesia.


Kita harus memulai kembali menyalakan api semangat ke-Indonesiaan, mempelajari kembali kebudayaan-kebudayaan kita sendiri, melestarikan aneka adat-istiadat, ragam busana, masakan khas Indonesia, beragam kekayaan bahasa-bahasa daerah, sudah sepatutnya semua itu kembali kita tonjolkan kepermukaan untuk menunjukkan kepada dunia seperti apa Indonesia itu sebenarnya.


a. Semangat Persaudaraan

Hal terpenting dalam membangun semangat ke-Indonesiaan adalah kembali membangun semangat persaudaraan, karena Indonesia identik dengan budaya bersaudara, tak peduli dari mana pun asal seseorang.


Di sini seorang Paskibra diajarkan bagaimana menjaga rasa persaudaraan antar sesama anggota dan juga antar seluruh manusia dapat terus terjalin dengan kuat dan tak pernah putus. Kita memang sering bertengkar, bersilat lidah karena hal sepele, membohongi sesama dan banyak lagi, namun kita masih dapat saling memaafkan dan terus menjaga persaudaraan yang telah terjalin, karena memaafkan juga merupakan bagian dari budaya orang Indonesia.


Seorang Paskibra dimana pun ia berada harus dapat membangun citra persaudaraan ini, dan bukan sebaliknya membangun perselisihan dan perpecahan. Seorang Paskibra dituntut untuk mendamaikan 2 orang yang berselisih, menyambung kembali persaudaraan yang terputus dan menjadikan kita semua layaknya saudara akan menjadikan kita lebih kokoh dalam persatuan dan kesatuan.


Dalam ruang lingkup yang lebih luas, hal ini akan membentuk negara Indonesia yang lebih kokoh dan berjaya.


b. Semangat Bergotong-royong

Karena budaya gotong-royong terlanjur melekat di pundak negara kita, maka sudah merupakan kewajiban anggota Paskibra menjaga budaya tersebut. Itulah sebabnya di dalam Paskibra selalu diajarkan ke-gotong-royongan.


Dengan bergotong-royong maka pekerjaan yang sulit akan menjadi lebih mudah, tenaga yang dikeluarkan akan menjadi lebih sedikit, dan waktu yang dibutuhkan pun akan lebih cepat. Saya teringat dengan peribahasa yang mengatakan, ‘Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing’. Peribahasa ini benar-benar mengajarkan kepada kita bagaimana hidup bergotong-royong.


c. Semangat Persatuan dan Kesatuan

Adalah hal yang sewajarnya jika kita berupaya menjaga semangat persatuan dan kesatuan demi tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


Kita dapat belajar dari sejarah di masa lalu bahwa kemerdekaan bangsa ini di dapat dari jerih payah dan keringat para pejuang dengan pengorbanan nyawa yang tiada terhitung, namun semua pengorbanan itu tak kan pernah berarti tanpa adanya persatuan dan kesatuan.


Bangsa Indonesia dapat mengusir penjajah, karena bangsa ini mampu membangun persatuan dan kesatuan yang kokoh, sehingga dengan bersatu itulah kita mendapatkan kekuatan yang pada akhirnya mendapatkan sesuatu yang sangat berharga, yakni kemerdekaan.


d. Semangat Patriotisme

Membangun semangat ke-Indonesiaan belum terasa lengkap jika kita belum menumbuhkan semangat patriotisme. Patriotisme adalah kesadaran akan sikap ksatria (pahlawan/pemberani) untuk membela negara dengan sepenuh hati mengorbankan jiwa raga.


Masyarakat Indonesia, pada umumnya mulai kehilangan semangat patriotisme ini, mereka menganggap semangat patriotisme hanyalah khusus bagi para pejuang atau tentara saja. Ini jelas sangat keliru.


Meskipun kita bukan dari golongan pejuang atau tentara, tetapi pada dasarnya di dalam diri kita semua ada jiwa patriotisme, dan bagi kita—khususnya pelajar—sikap patriotisme ini dapat diwujudkan dalam bentuk seperti; menolong orang tua atau anak kecil yang ingin menyeberang jalan, membantu orang tua, mengajarkan adik mengerjakan PR, menunjukkan jalan bagi orang yang tersesat, bergotong-royong membersihkan sampah, dsb.


Paskibra yang baik, haruslah membangun semangat patriotisme ini, karena memang pendidikan paskibra mengajarkan sikap ini dengan jelas. Lalu, sikap patriotisme seperti apa yang telah kita tampilkan? (tentunya yang positif lho... bukannya yang sok jaguar!!! Coba deh pikir...).



B. Menata Ulang Ke-Indonesiaan Kita


Saya bukanlah orang Indonesia yang sikap ke-Indonesiaannya paling waah..., paling bagus atau paling-paling yang lain, nda’, sama sekali nda’... tapi, kita akan sama-sama mencoba menata ulang ke-Indonesiaan kita.


Sebagai orang Indonesia, kita tentu saja mengetahui bahwa dasar negara kita adalah Pancasila, namun benarkah kita sudah mengamalkan kelima sila dasar tersebut? Kita tahu bahwa bendera Merah-Putih adalah lambang negara Indonesia, tetapi sudahkan kita menerapkan makna Merah-Putih dalam kehidupan sehari-hari kita? Membangun kebesaran ‘Merah’ dalam diri kita? Membangun kemuliaan ‘Putih’ jiwa kita yang selalu kotor?


Proses penataan ulang ke-Indonesiaan kita harus dimulai dari diri sendiri, seorang Paskibra diajarkan untuk merenungi makna dibalik Merah-Putih dan dituntut untuk mengamalkannya dalam bentuk: (merah), bersikap berani dan patriotisme, rela berkorban, membangun kebesaran jiwa dan semangat untuk melakukan yang terbaik; (putih), bersikap saling menghargai, tolong-menolong, membangun persaudaraan dan tentu saja, membangun kemuliaan jiwa kita dengan menghindari perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji.


Belajar dengan penuh semangat dan antusias tentang sejarah perjuangan Indonesia, meneruskan perjuangan pahlawan dengan giat belajar, melestarikan kebudayaan-kebudayaan daerah di sekolah-sekolah, mengamalkan kelima dasar negara kita, merupakan contoh-contoh dari proses penataan ulang ke-Indonesiaan kita. Rasanya begitu malu, ketika para pelajar Indonesia tidak lagi hafal lagu kebangsaannya sendiri, para pelajar tidak lagi mengenal para pahlawannya, para pelajar melupakan kebudayaannya sendiri, dan lebih menyedihkan lagi ketika para pelajar tidak lagi bangga menjadi orang Indonesia.


Dari sinilah kita mencoba memulai kembali menonjolkan citra ke-Indonesiaan di mata umum—baik masyarakat luas maupun dunia—bahwa Indonesia adalah kebanggaan. Bahwa Indonesia adalah kemuliaan. Dan Indonesia adalah anugerah. Saya bangga menjadi orang Indonesia.


Pada akhirnya, hal yang perlu dilakukan oleh seorang Paskibra dalam mengembangkan sikap dari citra ke-Indonesiaan adalah:


1. Berbanggalah karena menjadi orang Indonesia, dengan kebanggaan itu maka semangat nasionalisme akan tumbuh.

2. Pelajari sejarah perjuangan bangsa, karena dari situlah kita akan mengerti kenapa bangsa ini dapat tumbuh menjadi bangsa yang besar. Amalkan apa yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

3. Belajar dan terus belajar, Indonesia membutuhkan generasi-generasi yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik, agar bangsa ini dapat bersaing dengan negara-negara lain dalam membangun negara yang lebih maju.

4. Melestarikan kembali budaya yang terlupakan, dan ini menjadi sangat penting agar keanekaragaman budaya--bahasa, tarian, adat-istiadat, masakan, dsb--tetap terjaga, sehingga kita sebagai orang Indonesia tidak kehilangan jati dirinya. Pada akhirnya, orang asing pun akan dengan senang hati datang ke Indonesia untuk mempelajari budaya kita, yang juga akan menjadi pemasukan bagi devisa negara.


Kiranya penjelasan singkat ini dapat memperdalam wawasan kita akan ke-Indonesiaan, dan menjadikan diri kita lebih percaya dan bangga telah menjadi bangsa Merah-Putih. Pada kesempatan yang lain, Saya akan membahas citra kepaskibraan selanjutnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar